Etnobotani

Seperti yang ketahui bahwa kehidupan manusia di dunia ini tidak terlepas dengan makhluk lainnya, interaksi sesama makhluk hidup yang terdiri atas manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sering kita lihat, baik itu interaksi positif yang saling mengisi kelengkapan  atau pun interaksi negatif biasanya membunuh satu sama lain. Tulisan ini akan menerangkan tentang interaksi antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan, hal ini sering dipelajari dari suatu daerah yang pemanfaatan terhadap tumbuh-tumbuhannya sangat tinggi dengan harapan akan dapat berkembang, Ilmu yang mempelajari hal tersebut sering dikatakan sebagai Etnobotani.

Etnobotani adalah sebuah kegiatan pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas (Rusman,2009). Etnobotani, sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr. J.W Harshberger pada 1595. Ada lima kategori pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: (1) Pemanfaatan tumbuhan untuk tanaman pangan (pangan) (2) Pemanfaatan tumbuhan untuk bahan bangunan (papan) (3) Pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan  (4) Pemanfaatan tumbuhan untuk upacara adat (5) Pemanfaatan tumbuhan untuk perkakas rumah tangga.

Ilmu etnobotani yang berkisar pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk kemaslahatan orang di sekitarnya, pada aplikasinya mampu meningkatkan daya hidup manusia. Studi lanjutan dapat berfokus pada penggunaan            spesifik (pangan/makanan, ekonomi, banyak manfaat, pakan ternak, buah-buahan, obat-obatan, kayu bakar, dll). Atau bisa juga dengan mencoba mengumpulkan sejumlah informasi di lain musim. Atau memilih tumbuhan spesifik, contohnya cara perkembangbiakan beberapa jenis tumbuhan liar untuk dibudidayakan. Ada berbagai hasil dari studi etnobotani yang dilakukan. Diskusi bersama masyarakat tentang tanaman lokal bisa memunculkan kembali nilai-nilai lama yang pernah didapatkan dari tanaman-tanaman tersebut, selanjutnya peserta bisa menyampaikan gagasan-gagasan lain tentang manfaat tanaman  tertentu berdasarkan  kearifan lokal. Berapa dari kita yang pernah tahu, kalau daun sambung nyawa yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan, ternyata punya khasiat sebagai pencegah hipertensi. Itu baru satu contoh. Lalu bagaimana dengan daun sirih, yang berfungsi sebagai bungkus kudapan menyirih nenek-nenek kita, ternyata juga menyimpan potensi untuk menyembuhkan rabun mata.
Teramat unik sebenarnya, kalau kita mau menjabarkan satu-persatu khasiat tetumbuhan yang ada di Indonesia

Metode dalam Etnobotani

  • Obsevasi Partisipatif

Metoda ini melibatkan masyarakat sebagai pemandu dan informan kunci. Pengambilan data di lapangan menggunakan petak-petak permanen yang biasa dibuat dalam penelitian ekologi menurut cara Oosting (1960). Selanjutnya informant diminta untuk menginventarisasi seluruh jenis tanaman yang mereka kenal memiliki kegunaan. Setiap jenis yang mereka kenal diambil contoh herbariumnya atau “voucher spesiment”nya untuk identifikasi nama ilmiahnya

Dari data yang diperoleh kita menentukan nilai guna suatu jenis sumber daya, dilakukan dengan dua cara yaitu :

  1. Merancang kepentingan atau manfaat suatu sumber daya sebagai manfaat utama atau tambahan.
  2. Membagi sumberdaya kedalam kategori manfaat yang dikenal oleh masyarakat tempat dimana penelitian yang dilakukan.
  • Survey Eksploratif

Dalam kamus disebutkan pengertian survey, yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis. Dalam cara ini tim akan membuat kuisioner untuk ditanyakan nantinya kepada informant atau warga masyarkat setempat. Pertanyaan dalam kuisioner berupa, cara mendapatkan tanaman, cara membudidayakan, dipakai untuk apa saja tanaman tersebut jika untuk tanaman upacara adat dan alat-alat perkakas rumah tangga.

Banyak Studi Etnobotani (SE) mempunyai tujuan pada penggunaan tanaman lokal untuk obat-obatan, hal ini seringkali didukung perusahaan komersial untuk membuat jenis obat baru. Bahan baku untuk pil antihamil (pil KB) pertama didapat dari sejenis uwi hutan dari Afrika Barat. Ahli etnobotanis menemukan itu, pada suku tertentu dimana perempuan sulit mempunyai anak. Hal ini berhubungan dengan salah satu makanan pokok mereka yang adalah uwi ini. Umbi dari jenis tanaman ini (Dioscorea sp.) mengandung       Diosgenin, sejenis bahan kimia yang digunakan untuk menghasilkan generasi pertama pil antihamil.

Ahli etnobotani yang bekerja di hutan pula tidak menerima sokongan dan penghormatan yang setara, karena minat dalam bidang ini baru saja muncul. Jurnal sainstifik dan masyarakat baru telah mula meneliti pengajian ahli etnobotani dengan mendalam seperti juga para sainstis dan pembuat dasar dunia.      Studi lanjut dari Etnobotani diharapkan yang dilakukan dapat menemukan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi dunia, khususnya obat-obatan. Gambaran etnobotani masa depan memberi harapan untuk para sainstis yang berdedikasi dalam bidang penyelidikan yang menarik ini.

Leave a comment